Kamis, 09 Agustus 2012

23 april 1994

pemberontakan pemuda desa yang masih menjajah dirinya & kesuburan sumber daya alam yang melimpah, didesa yang terpelosok jauh terlahir bocah kecil meraung tangisan 23 April 1994.
terlahir dengan keadaan orang tua yang tidak mampu, dan sang bapak mendapati pekerjaan yang tak tetap seperti penjual maenan, gosir, dan sebagai suruhan. ia lakukan untuk sang buah hati yang tercinta. tahun 1996 sang bocah bisa merasakan betapa deritanya hidup tak mampu. sekali diajak, ketika orang tuanya membeli jajanan sekolah di pasar tradisional untuk di jajakan di sekolahan (kala itu sudah masuk pesuruh di smp). dengan mengajak sang buah hati sesekali tidur di taruh di bengkel china ketika itu waktu subuh. tahun 1996-1998 sang anak sering di bawa ke sekolahan smp sampai disana ibu selalu mengawasi sang buah hati 23 April 1994. ketika menangis buah hati di taruh di atas meja jajanan dan ditaruhnya maenan sederhana dan seadanya, agar diam ketika menangis. ketika tahun itu bapak dan ibu sudah mempunyai pkerjaan yang bisa di andalkan untuk beliau. bapak sebagai pekerja jadi pesuruh dan ibu sebagai pedagang nasi di smp. tahun 1998-1999 ketika itu rumah tangga ibu dan bapak retak, diluar sana ekonomi negeri ini yang mengalami krisis moneter, rakyat & mahasiswa serentak menyuarakan kepemimpinan soeharto gagal. ketika itu 23 april 1994 belum mengetahui sebuah keadaan orang tuanya seperti apa, akan tetapi sang bocah mengelak untuk di belikan jam tangan yang bisa menyala kerlap kerlip waktu itu, dengan keadaan ekonomi dan hubungan keluarga bapak serta ibu mengalami retak maka sang bapak tak urung bingung sedangkan ibu menangis dikala buah hatinya minta jam tangan yang bisa di bilang mewah bagi keluarga bapak dan ibu. tak urung ibu pergi meninggalkan bapak, karena ibu tak tahan melihat tangisan buah hatinya terus menerus. ketika itu bapak juga menangis ketika ibu dan buah hatinya pergi, dengan ditemani gemericik hujan, gelapnya malam dan angin yang dirasakan dingin menerpa ibu dan bocah, ibu pergi membawa anaknya 23 april 1994 ke rumah orangtuanya ibu dengan jalan kaki yang penuh gelap, ibu menangis yang tak tahan menahan derita hidup, sang bocah tau jikalau sedang bapaknya menangis melihat ibu dan buah hatinya pergi. keesokan harinya bapak yang penuh tanggung jawab itu membawakan uang untuk dibelikan jam tangan untuk sang bocah, 23 april 1994 penuh bangga melihat bapak seperti dia meski umur sang bocah 5 tahun, setidaknya sedikit mengerti akan tanggung jawab ayahnya. tahun 2000 perang hebat antar kelompok pecah pada kala itu 23 april 1994 sedang sakit, ibu susah payah menggendong sang bocah meski beliau lelah dan letih berlari menuju pemukiman, sang bocah bangga punya ibu seperti dia yang selalu melindungi dan menyayangi !!
tahun 2000-2001 keluarga ibu bapak mempunyai keinginan menyekolahkan sang bocah 23 april 1994 dan mempunyai lahan tempat tinggal sendiri, setelah mendapati positiv ibu berangkat menjadi TKW sebelum itu ibu menunggu panggilan dirumah sampai-sampai ibu mengurungkan niatnya berangkat, karena harus menunggu panggilan satu tahun. sesekali sang bocah sakit ibu bingung duit berobat darimana, sampai baju bapak ditawarkan untuk di jual akan tetapi hanya ecehan yang didapat. ibu sesekali menangis mendengar hal itu, akhirnya ada yang kasihan dan mau meminjamkan duit untuk berobat sang bocah. tahun 2001 ibu di panggil ke jakarta untuk penerbangan menjadi TKW tapi sebelum itu ibu melakukan pelatihan selama 2 minggu, akhirnya bapak bingung harus bagaimana uang jajan ibu selama pelatihan. mau tidak mau harus mencari hutang akan tetapi hutang tak kunjung dapat. salah satu jalan menjual sepeda motor butut satu-satunya untuk pulang pergi bekerja di smp yang masih bisa dibilang pesuruh. tahun 2005 sang bocah 23 april 1994 mengalami kecelakaan hebat dan dana untuk perobatan hanya tergantung pada ibu, sehingga pada saat ibu pulang dari TKW ibu membawa sedikit baju dari majikan yang disana dan menyisakan uang unuk dana sekolah lanjutan sang bocah........ tahun 2007 bapak diangkat menjadi PNS setelah 12 tahun menjadi pesuruh, di sinilah Tuhan menunjukan kepada hambanya rizki yang sepadan atas perjuangan masa yang telah dilewatinya..... 2008-2012 mulai usaha kecil sudah didirikan, semuanya bisa dibilang tercukupi dan sekarang bocah 23 april 1994 sudah dewasa dan menempuh jenjang pendidikan perkuliahan, sekarang sang bocah menjadi kepribadian teguh dan dilahirkan dari kepribadian seorang Mapala (RockClimbing) dengan berdiri di garis depan oleh Rakyat Kuasa.

23April1994
"Terimakasih banyak ibu dan bapak suatu saat nanti 23 april 1994 bisa bertanggung jawab seperti bapak dan bisa menyayangi keluarga seperti ibu. 23 april 1994 berjanji akan membuat kalian menangis bahagia...... 23 april 1994 punya mimpi buat kalian !!!"

Rabu, 08 Agustus 2012

Perkembangan pendidikan pada masa Hindia Belanda, tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Perubahan yang terjadi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negara Belanda sendiri. Tekanan dari partai demokrat yang didalamnya ada Van Deventer yang aktif mencetuskan hutang budi. Sistem tanam paksa yang dilakukan Belanda ternyata membawa kesengsaraan yang luar biasa bagi rakyat Indonesia. Banyak kritikan yang dilakukan oleh para tokoh di Negeri Belanda dan tokoh humanis Belanda di Indonesia yang menyatakan l satu abad lebih kekayaan dan keuntungan mestinya menjadi milik rakyat Indonesia telah diambil alih Pemerintahan Belanda .

Max Havelaar karangan Douwes Dekker atau Multatuli menentang praktek tanam paksa
di daerah Lebak, Baron van Hoevel mengkritik penyelewengan tanam paksa.
Theodore van Deventer menuntut penghapusan tanam paksa.
Dikenal sebagai politik etis atau politik balas budi tahun 1901 :[edukasi, irigasi, transmigrasi] . Pada tahun 1905 di Negera Belanda dilangsungkan pemilihan umum , dan ternyata Van Deventer terpilih menjadi anggota parlemen dari partai demokrat radikal. Van Deventer mempunyai gagasan yang dikenal dengan Tri Logi Van Devente yang didalamnya terdiri dari emigrasi , irigasi dan edukasi. Politik yang diperjuangkan dalam rangka mengadakan desentralisasi , kesejahteraan rakyat dan efisiensi yang kemudian dikenal dengan politik etis.
Kritik dan saran yang dilakukan oleh Van Deventer mendapat tanggapan positif oleh pemerintahan Belanda. Dalam pidatonya Ratu Wilhelmina pada tahun 1901 mengemukakan gagasan pembaharuan politik yang diberi judul Etische Richting (Haluan Etika) yang lebih dikenal dengan politik etis dimana adanya kewajiban bagi pemerintahan Belanda untuk memperbaiki kesejahteraan dan kedudukan orang pribumi.

Ada usaha menindaklanjuti pidato Ratu Wilhelmina terhadap kebijakan di Indonesia yaitu :

· Pembentukan panitia kemunduran kesejahteraan untuk menyelidiki sebab-sebab kemunduran

· Menghidupkan kembali perusahaan pribumi

· Diadakan pinjaman tak berbunga 30 juta gulden dan pemberian berbagai hadiah 40 juta gulden

· Penyelidikan mengenai keadaan ekonomi yang tercantum dalam laporan Van Deventer ( Marwati D.P , 1984 )

Sebagai dampak dari semua kebijakan tersebut , ada kemajuan dan perubahan

antara lain :

  • Desentralisasi

  • Perubahan pemerintahan

  • Perbaikan kesejahteraan rakyat , emigrasi

  • Perbaikan peternakan dan pertanian

  • Pembangunan irigasi dan lalu lintas

Untuk mendukung politik etis , pemerintah Belanda mencanangkan Politik Asosiasi dengan semboyan unifikasi , politik ini berkaitan dengan sikap damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Belanda dan Pribumi. Dalam politik ini terjadi pembelandaan rakyat Indonesia namum usaha yang dilakukan tidak membawa hasil.

Dibidang kesehatan pemerintah melaksanakan pemberantasan penyakit menular seperti pes, cacar , kolera dan malaria sehingga dapat menunrunkan angka kematian . Pemerintah Hindia belanda juga melaksanakan program emigrasi yakni perpindahan penduduk dari Jawa ke Luar Jawa terutama Sumatera. Program ini tidak banyak menolong rakyat, Belanda bukan mensejahterakan rakyat tetapi lebih banyak memindahkan kesengsaraan.

Dalam bidang pendidikan tujuan semula Belanda yakni untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murah dan mandor-mandor atau pelayan-pelayan yang dapat membaca dan gaji yang murah. Untuk itu Belanda mendirikan skolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Sehingga munculnya sistem pendidikan tidak terlepas dari politik etis. Politik etis adanya perhatian terhadap perkembangan pendidikan mengingat salah satu dari Tri Logi Van Deventer secara nyata disebutkan mengenai edukasi (pendidikan )

Munculnya pendidikan pada waktu itu tidak semata-mata untuk mencerdaskan bangsa Indonesia , tetapi lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja bagi Belanda. Sistem pendidikan Belanda memberlakukan perbedaan warna kulit (color line devision) dan merupakan hambatan masuk sekolah. Sistem pendidikan Belanda mengembangkan disesuaikan dengan status sosial masyarakat ( Eropa, Timur Asing Tionghoa ) dan Bumi Putra (kelompok bangsawan kaum priyayi dan rakyat jelata).

Sitem pendidikan Belanda terdiri dari beberapa struktur antara lain :

  • Pendidikan Dasar diantaranya : ELS (Europese Lagerschool) untuk bangsa Eropa, HBS (Holandsch Chineeschool) untuk orang Tionghoa , HIS (Holandsch Inlandshool) untuk bangsa Indonesia kaum bangsawan , sedangkan golongan bawah disediakan Sekolah Kelas Dua

  • Pendidikan Tingkat Menengah diantaranya , HBS (Hogere Burger School) , MULO ( Meer Uitegbreit Ondewijs), AMS (Algemene Middelbarea Aschool) dan sekolah kejuruan /keguruan ( Kweek School) , Normaal School.

  • Pendidikan Tinggi , diantaranya , Sekolah Tehnik Tinggi (Koninklijk Institut voor Hoger Technisch Ondewijs in Nederlandsch Indie) , Sekolah Tinggi hukum (Rechschool)Sekolah Tinggi Kedokteran antara lain Sekolah Dokter Jawa, STOVIA, NIAS dan GHS ( Genneskundige Hogeschool ).

Dalam perkembangannya Sekolah Dokter Jawa lahir sejak 2 Januari 1849 , kemudian diubah namanya tahun 1875 menjadi Ahli Kesehatan Bumi putra (Inlandsch Geneeskundige), tahun 1902 diberi nama STOVIA (Shool tot Opleiding van Indische Artsen) dan tahun 1913 diubah menjadi NIAS ( Nederlandsch Indische Artsenschool) . Peranan lulusan sekolah kedokteran ini sangat penting bagi lahirnya pergerakan nasional. Kehadiran mereka menjadi pelopor dalam pergerakan nasional dengan mendirikan organisasi seperti Studie Found maupun Budi Utomo. Kita mengenal nama-nama tokohnya seperti dr Wahidin Sudirohusodo dan dr Soetomo.

Pendidikan menimbulkan golongan cendekiawan/pelajar . Pendidikan dianggap menaikkan status sosial anak .